Minggu
pagi, 21 februari 2016 kemarin, saya diminta mengisi mini seminar untuk orang
tua murid di sebuah RA (setingkat dengan TK, bedanya TK dibawah mendiknas kalau
RA dibawah asuhan menag), di daerah cikutra, dekat tempat saya tinggal.
Sejujurnya ini pertama kali saya mengisi sebuah seminar yang bertemakan
parenting, dengan audiens ibu-ibu pula, tapi karena dorongan dari seorang teman
dekat dan karena kecintaan pada dunia parenting, saya pun menerima tawaran
tersebut. Alhamdulillah acara berjalan lancar. Saya cukup terbantu dengan pengalaman beberapa
bulan terakhir ini mengikuti seminar parenting dengan berbagai tema yang diisi
oleh para pakar di bidangnya masing-masing, ada psikolog anak, penulis buku anak, bahkan ahli neurosains yg
sudah bergelar doktor. Dengan mengikuti seminar-seminar tersebut, tidak hanya
memperkaya wawasan saya mengenai dunia parenting tapi juga menginspirasi &
menambah kecintaan saya pada dunia anak-anak, Mungkin karena terbawa suasana
juga (saat ini saya sedang hamil anak kedua, setelah mengalami keguguran anak
pertama sebelumnya), saya menjadi bersemangat untuk mengikuti seminar-seminar
parenting berkualitas lainnya dan menebarkan ilmu parenting saya (yang masih
harus selalu diasah) pada yg membutuhkan dan mencintainya.
Seminar
parenting berkualitas yang pernah saya ikuti, salah satunya diadakakan oleh
‘Rumah Parenting” di sebuah RS swasta cukup bergengsi di daerah arcamanik,
bandung. Judul tema yang sederhana,”Memahami Tahap Perkembangan Anak 0-6 tahun
Beserta Teknik Stimulasi dan Penanganannya”, akan tetapi sangat padat materi
serta dibawakan dengan cukup menarik dan inspiratif oleh ibu Nia R.Raihanah,
seorang psikolog anak yang sudah banyak pengalamannya di dunia parenting. Beliau
membuka acara seminar saat itu dengan bacaan salah satu ayat dalam quran, yang
menyebutkan bahwa tujuan sekaligus tugas seorang manusia dilahirkan ke dunia
oleh sang Pencipta adalah untuk memakmurkan bumi ini dan menjadi khalifah
(pemimpin) di dalamnya. Seperti kata pepatah, “Leaders are born and not made”(Pemimpin itu diciptakan, tidak
sekedar dilahirkan), untuk menciptakan/membentuk seorang pemimpin bukan
bakat/keturunan yang menentukan, tapi bagaimana seseorang itu akhirnya dibentuk
menjadi seorang pemimpin. Maka dari itunya sejatinya, anak perlu dibentuk, dan
pembentuk yang terdekat dengan anak adalah orang tua, yang seharusnya bisa
mengantarkan mereka menemukan bakat tertingginya agar mampu menjalankan
tugasnya sebagai pengemban amanah dari sang Pencipta serta menjadi individu
yang bahagia.
Anak
itu seharusnya menjadi suatu harta yang paling berharga (seperti dalam lagu ‘keluarga
cemara’ J) bagi orang tua, layaknya
perhiasan yang harus dijaga, bahkan lebih, “Apakah Ibu/Bapak mau menitipkan
perhiasan termahal atau gadget terbaru Ibu/Bapak pada pembantu di rumah?”,
pastinya Ibu/Bapak berpikir dua kali untuk menitipkannya, kalaupun akhirnya
menitipkan, akan selalu merasa waswas dan memastikan barang berharga tersebut
masih dalam kontrol Ibu/Bapak.
Menjadi
orang tua dari seorang anak yang istimewa, bukanlah hal yang mudah tapi juga
bukanlah hal yang tidak mungkin untuk dilakukan, Dibutuhkan orang tua yang mau
belajar secara konsisten, meskipun tidak ada sekolah khusus untuk menjadi orang
tua. Dibutuhkan juga orang tua yang fokus berorientasi pada anak, tidak terbawa
ambisi menjadikan anak seperti apa yang diinginkannya, tapi menjadikan anak
sesuai potensi yang dimilikinya. Seperti perkataan seorang anak yang dikenal
punya otak tercerdas, A.Einstein, “Everyone
is genius, but if you judge a fish on its ability to climb a tree, it will live
its whole life believing its stupid”. Ilustrasinya, ketika kita mengharap
seekor ikan menjadi burung hantu, maka seumur hidup ikan itu akan tetap merasa
bahwa dirinya bodoh karena tidak mampu memanjat pohon. Maka hal yang paling
bijak adalah tetap membuat ikan bahagia menjadi ikan dan mahir dengan
keterampilan ikannya, yaitu berenang. Demikian juga dengan anak kita, mereka
harus bahagia menjadi dirinya sendiri. Bantu mereka menemukan bakat terbaik
yang seharusnya mereka tekuni.
Anak
adalah investasi/ aset bagi orangtuanya.
Akan tetapi, anak sebagai investasi, tidak cukup bermodalkan materi semata,
dibutuhkan orangtua yang mampu membantu anak menemukan dan mengasah
bakat/potensi unik yang dimilikinya. Kemampuan tersebut dapat tumbuh ketika
orangtua mengetahui, memahami, dan dapat menstimulasi perkembangan dan
pertumbuhan anak semaksimal & sedini mungkin.
‘Pertumbuhan’
tercakup dalam pengertian ‘Perkembangan’, namun tidak sebaliknya, karena
perkembangan merupakan perubahan yang progresif secara kuantitatif dan
kualitatif, sedangkan pertumbuhan hanya meliputi perubahan secara kuantitatif
(Hurlock). Akan tetapi banyak orangtua lebih memperhatikan masalah pertumbuhan
pada anak dibandingkan perkembangannya, padahal pertumbuhan anak tanpa
stimulasi dari orang tua tetap akan berlangsung, namun tidak dengan
perkembangannya.
Baik-buruknya
pertumbuhan, dapat diketahui dari status gizi anak yang didapatkan dengan
menilai indikator pertumbuhan seperti berat badan(BB), tinggi badan(TB),
lingkar kepala(LK), dan erupsi gigi. Indikator tersebut didapatkan melalui
pengukuran yang kemudian dibandingkan dengan grafik indeks antropometri
sehingga didapatkan status gizinya. Hal tersebut telah difasilitasi oleh
pemerintah dalam program kesehatan ibu dan anak di posyandu. Sedangkan untuk
menilai perkembangan anak, dibutuhkan usaha yang lebih kompleks dan konsisten.
Perkembangan
anak tergantung pada 3 faktor utama, yaitu nature (bawaan/genetik),
nurture(lingkungan/pengasuhan), dan maturasi(kematangan). Perkembangan juga
meliputi 3 area, yaitu fisik, kognitif, dan sosial/emosi, Perkembangan fisik
yang dapat distimulasi antara lain kemampuan motorik kasar dan halus (gross&fine motor skills); toilet
trainining, dan perilaku makan Perkembangan fisik pada anak memiliki pola
cephalocaudal*& proximodistal*, sehingga tahapan stimulasi dapat dimulai
dari area kepala menuju tungkai bawah dan dari batang tubuh menuju jari jemari
tungkai bawah dan atas. Contoh kasus penerapan pola tersebut pada perkembangan
fisik anak bisa diamati ketika ingin menstimulasi anak untuk belajar menulis (fine motor skill), bisa dimulai dengan
menguatkan bagian lengan atas dan bawah dengan latihan melempar bola, kemudian
menguatkan jari jemarinya dengan bermain ‘playdough’
, baru setelah itu mulai latihan menulis dengan beberapa tahapan pada waktu
yang tepat, yaitu di kisaran ‘masa peka’nya. Lebih
jelasnya mengenai masa peka/ jendela peluang (windows of opportunity) bisa dibuka di artikel http://mila.awangga.net/2016/03/manajemen-tumbang-anak-dengan-konsep.html.
Perkembangan fisik lainnya yang tidak kalah penting adalah toilet
training, yang stimulasinya dapat dimulai sejak usia 20 bulan, sehingga
diharapkan dapat tercapai di usia 3 tahun (charlesworth,1987),
dengan syarat saat stimulasi dipastikan anak selalu didampingi, dilakukan
dengan tenang/tidak terburu-buru, dan pastikan toilet aman digunakan oleh anak.
Perkembangan
kognitif/intelektual anak, sama halnya dengan perkembangan fisik, dapat
distimulasi pada 2 tahap penting yaitu tahap sensori motor (2-4 tahun) dan
tahap operasi (2-7tahun), yang terbagi lagi menjadi tahap pra konseptual (2-4
tahun) dan tahap pemikiran intuitif (4-7 tahun).
Perkembangan
lainnya yang juga butuh distimulasi adalah perkembangan sosial emosi. Erikson
(1968), tokoh psikolog dunia, membagi perkembangan ini menjadi 7 kelompok usia,
yang dilihat dari sudut pandang psikososial, dimana erikson menyatakan bahwa
dengan adanya krisis/masalah yang dihadapi anak dapat meningkatkan potensinya
secara psikososial apabila diberikan stimulasi dan dukungan yang tepat, tetapi
sebaliknya dapat terjadi penurunan potensi secara psikososial jika stimulasi
dan dukungan yang diberikan tidak tepat.
Referensi:
Santrock, John W. Masa Perkembangan Anak,
edisi 11. Jakarta: Salemba Humanika, 2011
*cephalocaudal: pola
perkembangan yang bergerak dari bagian atas tubuh (cephal) menuju bagian bawah
tubuh (caudal)
*proximodistal: pola
perkembangan yang bergerak dari bagian dekat batang tubuh (proximal) menuju
bagian yang menjauhi batang tubuh (distal)
0 komentar:
Posting Komentar