Rabu siang kemarin (27/5), saya bersama teman teman dari blogger bandung, diundang untuk menghadiri "Talkshow dan Bazzar mengenai Multipel Sklerosis (MS)", dalam rangka peringatan 'World MS day', 27 mei 2015, sebagai bagian dari serangkaian acara Spirit of Bandung, yang diadakan di lantai 3 (depan empire XXI) Bandung Indah Plaza (BIP).
Acara ini diadakan oleh 'Multipel Sklerosis Indonesia' /MSI, yaitu organisasi non profit yang didukung penuh oleh 'Multiple Sclerosis International Federation' /MSIF, London-UK. " Motivasi awal didirikannya MSI adalah untuk membuat masyarakat Indonesia 'melek MS', karena masih minimnya pengetahuan tentang MS pada saat itu", ungkap ibu Kanya Puspokusumo, pendiri MSI, yang juga menjabat sebagai anggota Dewan Internasional MSIF 2009 di Chicago USA, serta seorang penyandang MS ini. Selain itu hadir pula Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, dr. Ahyani Raksanagara dan para pakar yang tergabung dalam Perdossi /Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Multipel sklerosis atau disingkat MS adalah salah satu jenis penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf pusat, ditandai dengan adanya gejala kelumpuhan berulang yang diselingi fase remisi/penyembuhan. "MS masih banyak yang belum terdiagnosis karena keterbatasan sarana kesehatan dan informasi kesehatan tentang MS. Sumber informasi tentang MS sebagian besar masih berasal dari negara lain," ungkap dr. Sucipto.
Lebih mendalam lagi tentang penyakit yang tergolong langka ini ,dijelaskan oleh dr.Nani K, dokter spesialis saraf yang sudah berprofesi selama 25 tahun di RSHS bandung, "MS terjadi karena sistem kekebalan tubuh penderita yang terlalu aktif, sehingga menyerang pelindung bagian saraf, yang disebut mielin. Jika mielin rusak, maka hantaran saraf menjadi lebih lambat dan ini yang menyebabkan timbulnya berbagai gejala"."Pada mulanya hanya penglihatannya yang terganggu, dokter umum yang mengobatinya mengatakan saraf kornea anak saya terserang virus, lalu saat kelas 2 SMA lambungnya yang diserang, kemudian lumpuh dan sembuh. Kejadian itu terus berulang hingga ia lulus SMA, kurang lebih selama 10 tahun ada11 kali serangan. Baru sekitar 3 tahun yang lalu anak saya didiagnosis menderita MS oleh dokter spesialis saraf setelah sebelumnya menjalani pemeriksaan darah dan mata, serta MRI", cerita salah satu orang tua dari pasien yang hadir tentang bagaimana penyakit MS menyerang anak laki-lakinya.
Penyakit yang juga diderita oleh artis senior Ferrasta Soebardi alias Pepeng ini, sulit terdiagnosa pada awal timbulnya gejala karena pasien enggan memeriksakan diri ke dokter, disebabkan gejalanya yang hilang timbul. Gejala awal bisa berupa kesemutan,pusing berputar (vertigo), kelumpuhan, kesulitan berbicara, ataupun penglihatan yang membayang (diplopia). Hal tersebut harus diwaspadai ketika semua gejala itu sembuh sendiri tanpa diobati dan berulang.
"Penyakit ini bukan keturunan dan tidak menular, "ungkap dr.Nani, "dan biasanya menyerang wanita berusia muda". Beliau menjelaskan langkah utama ketika seseorang mengalami gejala awal MS yaitu: 1)segera berobat ke dokter spesialis saraf; 2)dukungan keluarga sangatlah penting, terutama dalam manajemen stres dan emosi, karena keduanya adalah pemicu kekambuhan yang dapat menyebabkan disabilitas berupa kelumpuhan berulang yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat yang lebih besar lagi.
"Belum ada teori yg bisa menjelaskan mengapa seseorang itu bisa terkena MS sedangkan yang lainnya tidak", ungkap dr.Riwanti, SpS, "penelitian terbaru menunjukkan adanya faktor hormonal, karenanya wanita lebih berisiko". "Keadaan sistem imun pasien MS diibaratkan seperti peperangan antara tentara pemberontak dan tentara militer. Pada tubuh pasien calon MS terjadi ketidakseimbangan dimana sel-sel pemberontak lebih menguasai sel-sel militer, yang normalnya sel pemberontak itu dikalahkan oleh sel militer", jelas dr. Jan S Purba, SpS.
"Obat MS sampai sekarang belum ditemukan, yang ada hanyalah obat yang berfungsi untuk menghilangkan/mengurangi gejala saja", ungkap dr.Riwanti. Beliau menambahkan, "tujuan pengobatan adalah agar pasien selama mungkin tidak terkena fase relaps/kambuh, sedangkan konsekuensi jika tidak diobati adalah bertambahnya frekuensi fase relaps dan durasi fase relaps".
Pengobatan pada MS terbagi menjadi 2, yaitu pengobatan relaps dan terapi jangka panjang. Pengobatan pada fase relaps menggunakan steroid dalam dosis tinggi, yang fungsinya hanya untuk memodifikasi sistem imun, mengendalikan sel pemberontak yg menyerang saraf supaya tidak terlalu buas, tetapi tidak dapat menghilangkan sel pemberontak yg sudah salah terbentuk ini. Sedangkan terapi jangka panjang bentuknya suntikan dan oral. "Pengobatan disesuaikan dengan gejala dan tipe MS, biasanya pasien menjalani pengobatan selama 2 tahun, lalu kemudian dilihat responsnya untuk menentukan langkah selanjutnya". "Terapi alternatif seperti akupuntur bisa menjadi pilihan utk mengatasi rasa nyeri pada pasien MS yg berisiko iritasi lambung, sedangkan obat antidepresan bisa dipertimbangkan jika terjadi depresi berat".
Prognosis pada pasien MS, tergantung jenis MS yang diderita, yang keparahannya dilihat dari frekuensi relaps dan beratnya gejala.Tidak ada pantangan makanan dan aktivitas bagi pasien MS. Tiap pasien memiliki ukuran ketahanan tubuh yg berbeda-beda sehingga pasien perlu belajar untuk tahu kapan harus beristirahat dan kapan bisa terus bekerja.
Di akhir acara ibu Kanya selaku presiden MSI menyatakan dengan tegas, "besar harapan MSI agar negara bisa memberikan perhatian lebih pada penderita MS, maka mari kita satukan kekuatan untuk mencapai harapan tersebut". Acara Talkshow yang sangat bermanfaat dan cukup menghibur, karena diselingi penampilan band anak muda bandung ini, ditutup dengan menyuarakan slogan MSI oleh semua peserta "Together We're Stronger than MS".
Membaca ini turut merefresh materi talkshow MS yg disimak tempo hari. Semoga ke depannya layanan untuk pasien MS lebih baik ya...
BalasHapusWaah bu dokter sudah setor... saya malah belum hihi...
BalasHapus